Senin, 10 Agustus 2020

SABDOPALON NAYAGENGGON

Bila engkau memaksakan diri meniru ajaran, yang dilaksanakan nubuwat terdahulu. oh anakku !! terlalu jauh jangkauan langkahmu, dari dasar kepribadianmu tidak akan tahan uji engkau !karena engkau adalah orang jawa, sedikit saja sudah cukup, janganlah berkeinginan mendapatlan pujian, lalu meniru perbuatan yang layaknya fakih, asalkan engkau tekun dalam mengejar cita-citamu pasti akan mendapatkan rahmat pula…..

Yang seperti itu termasuk orang yang gemar meng – aku- aku, kepandaian orang lain , adapun kepandaianya sendiri tidak ada. Lebih aneh lagi tidak menyadari kebudayaanya sendiri ,bahkan memaksakan kehendaknya mengambil pengetahuan di mekah

Tidak tahu bahwa inti ilmu yang dicari,sebenarnya melekat erat dalam dirinya sendiri..asalkan di olah dengan kesungguhan hati ,,dimanapun, baik disana ( mekah) maupun disini (jawa) keadaanya tidaklah berbeda.

Dalam mengolah ilmu samadi menuju keluhuran budi pekerti sebaiknya berpegang teguh pada tiga hal penting , yaitu : rela jika kehilangan tidak akan menyesal , yang kedua tetap bersabar bila terkena prasangka dari sesama insan ,adapun yang ketiga tulus ikhlas berserah diri pada Tuhan yang maha Esa.

Di masa lalu memang belum pernah diperkenalkan ajaran yang di paksakan , baru kali ini ada golongan yang bersungguh2 mengeluarkan gagasanya, dan memperlihatkan kemahiran dengan syari”at yang serba aneh.

Pengetahuanya hanya pada ucapan belaka , yang mengetahui banyak perihal ghaib .Apabila tersinggung dan dibantah serta menemukan gagasan yang berbeda dari dia ,matanya melotot dan marah , yang menandakan bahwasanya apapun yang di dengungkanya hanyalah pepesan kosong ,suaranya berkumandang dengan “cengkok palaran”

ya seperti itulah adanya nak !!!

Kehidupan manusia janganlah demikian hendaknya.

Pada masa orang tua santun nan bijak terdahulu telah diatur dengan sangat teliti dan cermat secara turun – temurun , golongan syari”at tidak mencampurkan ketentuan dengan golongan penghayatan batin.sehingga tidak membingungkan bagi Penyembah Tuhan yang maha Esa..

Untuk engkau ketahui bahwasanya warna manusia hanyalah dua(2) : yang pertama adalah di sebut orang baik yang kedua disebut orang jahat..

Janganlah engkau terperangkap dengan angan – angan mu sehingga engkau keliru dan terjerumus di dalam pembedaan manusia menurut agama atau penghayatanya.

 

Sesungguhnya oh!! putraku agama yang kamu ketahui semua hanyalah busana dari sukma , supaya mengantar kita pada budi pekerti luhur dan kebijaksanaan dalam bertata krama , sehingga lahirlah masyarakat ( hamemayu hayuning bawana)..

Warna seseorang bukan dari berdasar agama / penghayatan akan tetapi lebih berdasar pada kemanfaatan dia di masyarakat dan penerimaan dia terhadap segala perbedaan,

Karena sesungguhnya perbedaan itu rahmat pula…….

Kedepan dalam membangun pemikiran, maka tancapkanlah supaya menjadi angen-angen bahwa : tidak ada orang islam ,orang hindu , orang budha ,orang katolik ,protestan ,ataupun orang konghucu dan penghayatan kepercayaan, mari kita menjadi telanjang dan singkapkan semua bendera itu…yang ada hanyalah orang baik / orang jahat berdasar perilaku dan kemanfaatan dia di masyarakat tanpa memandang busana agama.

 

salam... salam ...